Kamis, 24 Januari 2013



Cinta Dalam Hati


Pagi ini sungguh pagi yang indah, namaku Rina, tapi teman-teman sekelasku biasa memanggil aku cupu, karna penampilanku yang tidak mengikuti mode jaman. Kini aku bersekolah di SMA Taruna Mandiri, Tangerang Selatan, Jakarta. Aku sungguh menyadari kalau aku sekolah hanya dengan besiswa oleh karena itu aku tidak boleh macam-macam apalagi berani bertengkar disekolahan ini karna jika itu sampai terjadi pasti beasiswa itu akan dicabut lagi. Aku menyadari Ibuku bekerja keras untukku, supaya kami bisa makan. Sementara ayahku entah sampai sekarang aku juga tidak tahu Ia ada dimana. Aku hidup dikeluarga yang sederhana dan mungkin bahkan kurang dari kata cukup.
Pagi ini seperti biasa dengan sepeda kesayanganku aku berangkat kesekolah, sampai digerbang sekolah aku masuk disana sudah terlihat bapak ibu guru piket dan juga satpam sekolah. Mungkin disekolah ini yang mengendarai sepeda hanya aku, karna mayoritas semua orang disekolah ini orang kaya, menengah keatas. Dan bahkan kebanyakan dari mereka membawa mobil mewah untuk kesekolah. Dan aku membawa sepeda butut kesayanganku.
“pagi Ran” kata Tania dari mobil mewahnya “masih aja lo pake sepeda butut lo?” tambahnya
“hm emang kenapa?”                                                                                                    
“lo tau kan kalo sepeda kayak gitu tu pantesnya dibuang, dibakar dijual aja udah nggak laku!!!!”
“oh begitu ya?”
“oh, dasar miskin! Makanya hidup jadi orang kaya dong!!!”
Tanpa berfikir panjang aku langsung berjalan masuk untuk memarkirkn sepedaku, setiap hari Tania dan teman-temannya melontarkan cacian,bulian dan semua itu aku coba untuk menerima, aku tidak mungkin membalas cacian itu, memang siapa aku. Berani-beraninya membalas cacian anak donatur terbesar di sekolah ini.
Aku berjalan masuk menuju kelas, disana ada Erin teman sebangkuku yang hingga saat ini masih mau berteman denganku. Dan disana aku juga melihat Denta. Orang yang aku kagumi, orang yang benar-benar mampu membuatku menympan hati padanya. Namun rasa hanyalah asa. Yang semakin lama semakin menyisakan air mata. Air mata yang tak pernah keluar dan hanya ada dihati ini dan semakin hari semkain sakit.
“heii” kata Erin yang melihatku sedari tadi melamun
“iya kenapa rin?”
“ lo ngalamunin siapa? Denta ya?”
“nggak kok, bukan bukan udah ya..”
“ sini drh coba lo duduk dulu”
“kenapa rin?” kataku membalas kata-kata Erin sembari berjalan ke bangku tempat duduk
“gua Cuma mau bilang aja sama lo”
“mau bilang apa?”
“lo suka kan sama Denta? Kenapa sih lo pake nyembuyiin rasa lo, gw tau lagi sejak awal tatapan lo ke Denta itu kayak gimana”
“emang kayak gimana?”
“lo suka kan sama dia?”
Entah kenapa rasanya hati ini seperti teriris prih saat Erin menanyakan tentang hal itu, aku memang menyukai Denta namun rasa sayang atau rasa cinta itu nggak harus diungkapin kan? Aku sadar siapa diriku dan siapa Denta. Bagaimana beda derajat kami,beda kasta kami,dan tentunya sangan berbanding terbalik apabila sampai berani-beraninya aku mengungkapkan rasa sayang ini kepada Erin, dan bagaimana kalu sampai Denta tau?  Aku sudah cukup tau bagaimana kedekatan Denta dengan Tania.Lamunanku seketika pecah saat bel masuk masuk berbunyi. Senyum dari Denta membayangi benaku. Aku benci mengakui ini namun bagaimana dengan diriku sendiri, aku bisa saja membohongi orang lain namun aku tak sanggup untu membohongi diriku sendiri.
Pelajaran hari inipun dimulai, entah kenapa tak satu pelajaranpundapat aku terima, aku terus kembali mempertanyakan apa yang ditanyakan Erin tadi. Sesekali aku mengambil sedikit waktu untuk menatap Denta dari kejauhan. Kutatap senyumnya, dan kutatap semua yang ada pada dirirnya, namun setiap aku menatapnya yang aku lihat adalah tatapan matanya kepada Tania yang sagat dapat ditebak kalau Ia menyimpan rasa dengan anak donatur terbesar sekolah ini itu.
“udahlah, gw tau kok kalo lo suka sama Denta. Lo bisa aja bohongin orang lain. Tapi lo nggak bisa boongin gw, kita temenan udah lama, gw sahabat lo” bisik Erin
“kamu ni apa-apa an sih Rin. Aku tu nggak suka sama Denta rin”
“terus tatapan lo tadi? Inget ya lo bisa aja bohongin gw tapi tatapan mata lo nggak akan pernah bisa bohong”
“ya udah jangan keras-keras. Udah lah Rin nggak usah dibahas, aku pikir ini nggak penting”
“gw pengen ajak lo kesuatu tempat. Kita colut aja dari sini”
“ngapain?”
“nggak lama kok, ayo”
Sambil membenarkan kacamataku aku berjalan mengikuti Erin yang entah membawa kesuatu tempat yang jujur saja aku sendiri juga penasaran. Ternyata Erin membawaku ke taman sekolah. Disana Erin mengajakku duduk dan menyuruhku untuk menyeritakan semuanya. Sebenarnya kau ragu untuk menceritakan semuanya kepada Erin.
“iya rin bener. Aku emang suka sama Denta sejak pertama kali ospek di malam keakraban siswa, tapi aku sadar kok rin siapa diriku dan aku nggak pantes aja suka sama dia. Dia levelnya Cuma sama orang kayak Tania dan selebihnya cinta Denta nggak akan pernah bisa berlaku buat aku rin. Ngimpi aja kalo aku bisa dapetin hatinya denta. Aku miskin. Jelek,cupu. Dan begitulah, sementara Denta? Kamu tau kan siapa dia. Dia seorang bintang di sekolah ini. Aku benci buat akuin semua ini, tapi aku setiap hari emang harus nahan rasa sakit dihati ini yang luar biasa saat lihat dia sama Tania. Aku benci rin, kenapa rasa sayang ini harus buat Denta”
“udahlah Rin, lo mikir apa sih. Rasa sayang itu wajar kok, buat siapa aja dan nggak mandang apa aja”
“tapi akun nggak pernah berharap buat sayang sama Denta, rasa itu tiba-tiba aja datang dan sulit buat diilangin. Rasa sakit setiap hari aku rasain rin”
“kenapa lo nggak pernah bilang sama gw?”
“karna aku nggak siap, buat ngakuin sama diri aku aja aku nggak siap apalagi buat ngakuin sama kamu, sahabatku”
“rin, gw yakin kok lo pasti bisa ngejalanin semua ini, tenang aja ka nada gw”


Setlah pulang sekolah aku memutuskan untuk mampir ketoko buku, dan mencari buku yang aku cari. Sialnya disana ada Tania dan teman-temannya. Aku yakin mereka nggak akan membiarkan aku untuk hidup tenang. Aku juga nggak tau kenapa mereka benci banget sama aku.
“eh elo orang miskin, ngapain lo mau ketoko buku? Mau ngemis? Ato mau jadi cleaning servis?” Tanya Tania
“mau beli buku kok”
“lo mampu ya beli buku disini? Ha? Nggak salah denger kan gw?” ejek Tania
“aku mau beli buku disini”
“oh iya, gw denger-denger gosipnya lo suka sama Denta? Iya kan?”
“nggak kok, aku nggak suka sama Denta”
“gak usah bohong deh lo, Cindy yang bilang sendiri ama gw, karna dia denger sendiri pembicaraan lo taman sekolah sama Erin dongok itu kan!”
“tapi aku nggak suka sama Denta Tania. Aku beneran nggak suka”
“hallah nggak yusah ngeles deh lo!!!” bentak Cindy
“oke guys, stop, biarin aja dia suka sama Denta. Tapi biar dia sendiri yang ngrasain juga kalo itu Cuma bakalan jadi mimpi yang nggak pernah terwujud! Ngimpi aja lo bisa dapetin Denta. Lo ngimpi sampe lo jatoh!! Dan sampe lo sakit!! Lo nggak akan pernah bisa dapetin Denta! Inget itu ya cewek miskin!!”
Hari itu benar-benar sakit hati ini seperti tamparan yang sangat keras, aku memang hanyalah seorang pemimpi yang hanya punya harapan untuk mendapatkan Denta. Aku tidak akan pernah mungkin mendapatkan Denta. Jangankan mendapatkannya, mendekatinya saja itu tidak akan pernah mungkin terjadi.
Sepulang dari toko buku aku menuju rumahku, dengan lamunan aku mengayuh sepedaku, dan hanya berharap sampai dirumah dan akan membantu pekerjaan ibuku. Entah sengaja atau tidak sebuah mobil sedan hitam dari belakan menyerempetku dan aku jatuh dari sepeda. Seorang laki-laki yang sepertinya aku kenal keluat dari mobil itu dan menghampiriku. Ternyata dia adalah Denta.
“maaf-maaf gw nggak sengaja lo nggak papa?”
“nggak kok aku nggak papa, permisi”
“tunggu-tunggu Rin. Tapi tangan lo luka sini biar gw obatin”
“em, nggak perku nggak usah aku baik-baik aja kok”
“beneran nggak papa”
“iya, paling Cuma lecet, biar nanti aku obatin sendiri. Permisi”
Dan aku meninggalkan tempat itu, detak janungku memang semakin tak terkontrol ketika Denta mennyai tentang keadaanku. Namun aku harus bisa menyembunyikan perasaan ini. Apalagi Tania sudah tau tentang perasaanku kepada Denta. Aku bingun entah apa yang harus aku lakukan, aku muag!

Sesampainya dirumah ada Ibu yang sudah setia dengan pekerjaan yang menumpuk. Dan Ibu langsung kaget dengan kedaan ku yang dalam kondisi seperti itu.
“lho Rin, tanganmu kenapa?”
“nggak papa bu, tadi jatuh dari sepeda”
“kenapa bisa begitu?”
“Rina aja yang teledor bu”
“yaudah sini ibu obati lain kali kamu harus hati-hati ya”
“iya bu”
Maafin Rina ya bu, Rina Cuma nggak mau aja bikin Ibu khawatir. Maafinya bu, rina bnere-bener minta maaf. Semakin lama Ibu semakin renta, suatu hari nanti kalau sampai aku bertemu lagi dengan bapak, aku janji aku akan membalaskan dendamku bu, demi Ibu. Demi Ibu, aku sayang sama Ibu.


Ketika cinta meninggalkan asa, aku tahu aku hanya ingin engkau tau tentang perasaan ini, namun ini salahku juga kenapa aku harus mengagumimu, suatu hari jika waktuku telah habis, aku hanya ingin engkau tahu, engkau pernah berharga dihatiku. Namun jika kau tidak taupun, aku juga tidak akan pernah memintamu untuk tahu karna memang selayaknya aku harus melupakanmu.
Hari-hariku kini tersa semakin berat, entah karna apa, aku hanya ingin menjalani hidupn ini seperti dahulu saat aku tidak mencintainya, hanya sederhana, namun caraku melakukannya cukup sulit. Bagaimana aku bisa selemah ini, hanya karna sebuah rasa aku seperti menyia-nyiakan tujuan hidupuku. Hanya karna rasa aku berjalan seperti tanpa tujuan. Harusnya tidak jadi seperti ini, aku hanya ingin hisup sederhana, aku hanya ingin membahagiakan ibuku walau tanpa ayahku. Aku ingin membuktikan kepada ayahku, bahwa suatu hari aku akan membanggakannya walau Ia telah mengecewakan aku dan Ibuku. Aku hanya ingin seperti itu. Tapi aku seakan rapuh ketika rasa ini ini benar-benar menyiksaku, aku juga menyadari siapa diriku, orang yang sangat tidak pantas bersanding dengannya. Aku benci,aku benci semua ini. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik namun menjadi yang terbaikpun juga seakan orang-orang itu selalu membenciku. Aku hanya menjadikan semua kata-kata dari Ibu sebagai pedoman hidupku selama 16 tahun ini.
Dipagi ini aku berangkat kesekolah dengan berjalan kaki, sepeda yang 2 hari lalu rusak parah. Dijalan aku melihat Tania yang akan menyebrang, kebetulan hari ini sepertinya Tania diantarkan. Dari arah berlawanan ada sebuah truk container melaju begitu cepat, dan aku memutuskan untuk menyelamatkan Tania. BRUKKKK!!! Kesadaranku hilang seketika.
Didalam gelapku yang aku pikirkan adalah wajah Ibu, aku tidak tau benar atau tidak yang aku lakukan tetapi Ibu selalu menanamkan bahwa kita tidak perlu untuk membalas kejahatan dengan kejahatan,tapi balaslah kejahatan dengan kebaikan. Hanya itu saja yang saat ini aku jadikan sebagai penyemangat hisupku saat Tania dan teman-temannya mencaci diriku. Aku terbayang kebersamaanku engan Ibu, akankah hidup ini berlanjut? Ungkin saja iya, tapi mungkin saja tidak.
Kurasa hanya tinggal harapan dan doa yang dapat membantuku untuk hiidup, aku sangat ingin hidup lebih lama lagi dan menatap Denta lebih lama lagi, namun jika Tuhan memintaku untuk mengahkiri hidup ini akupun juga rela, menerima dan tabah. Aku hanya kasihan kepada Ibu karena ayah kami berdua jadi menderita, jika aku harus pergi mungkinkah Ayah akan kembali pada Ibu? Entah berapa lama aku koma, aku sanggup membuuka mataku perlahan disana juga ada Ibu. Rasanya sakit sekali entah apa yang terjadi denganku, bahkan aku tak sanggup menahan rasa sakitnya. Samar-samar kudengar dari kamar sebelah ada yang terluka sakit parah dan Ia sangat membutuhkan donor mata, siapa dia. Aku kembali menatap Ibu, wajah rentanya semakin membuatku Iba, Ya Tuhan sanggupkah aku bertahan demi Ibu?
“Bu?” panggilku lirih sambil menahan rasa sakit yang luar biasa
“Rina, kamu sudah bangun nak?”
“apa yang terjadi sama Rina Bu?”
“kamu kecelakaan nak, saksi melihat kamu, kalau kamu sedang menyelamatkan teman kamu yang akan tertabrak Truk, tapi justru kamu sendiri yang tertabrak nak. Ibu sangat khawatir dengan kamu. Dan teman kamu, jatuh terpentuk Batu, yang membuat matanya buta selamanya”
“ha?”
“’kamu nggak papa kan Rina?”
“bu, boleh Rina bicara sama Ibu?”
“tentu saja boleh nak”
“Rina minta sama Ibu, kalau terjadi apa-apa sama Rina, tolong, sumbangin aja mata Rina sama Dia, Dia teman baik Rina bu, rina mohon sama Ibu”
“apa maksud kamu Rina?”
“Rina udah nggakkuat ngrasain rasa sakitnya Bu, ini sakit sekali, semuanya sakit Bu”
“tapi Rina kamu harus sembuh demi Ibu”
“bu, Rina sayang Ibu”
Aku tidak tahu lagi yang aku rasakan hanyalah tidur terpejam, yang ternyata terpejam untyk selamanya, aku sendiri tidak tahu berapa lama umurku, aku tidak pernah menatap dunia sebelumnya tetapi saat itu aku mampu menatap dunia dan melihat keindahannya, walaupun cinta yang kupendam tidak pernah diketahui Denta, namun dengan mata yang akau punya kini aku mampu menatap Denta, walau beda raga namun dengan mata itu DEnta juga sanggup menatapku, sampai kapanpun hanya itu yang aku harapkan menatap Denta walau tak dapata memilikinya, hingga aku pergi rasa ini tak kan terbalaskan, aku perbah menyesal namun penyesalanpun tak berarti, aku menyinpannya, aku masih menyimpan rasa itu hingga kini aku telah tiada. Yang harus tetap mereka tahu adalah bahwa aku sangat menyayangi mereka semua, walau sampai kapanpun, walaupun aku telah tiada, rasa sayang itu tidak akan pernah mati. Akan selalu ada untuk mereka semua. Aku sayang mereka.




Selasa, 22 Januari 2013

Rasa Yang Tertinggal

semakin sakit hati ini saat melihatmu tersenyum bersama dirinya..
andaikan saja aku yang saat ini bersamamu, dan mampu mengundang senyummu,
betapa bahagianya aku saat ini..
menjadi orang yang berharga dihatimu..
aku tahu rasa ini sebuah kesalahan..
karna aku sendiri yang akan melukis luka baru diatas luka lama..
kau berhak menyayangi dirinya, kau berhak bersanding bersamanya,
dan aku tak berhak menyimpan rasa ini untukmu,,
namun disaat aku akan belajar melupakanmu,
bayangmu hadir lagi dan menghiasi sepiku..
disana yang selalu kuingat adalah sinar matamu dan senyum manismu..
namun semakin aku mengingat semakin sakit hati ini..
dan semakin akau mencoba membuang bayanganmu..
semakin kuat rasa ini,,,
Ya Tuhan bantu aku,,
aku sungguh ingin melupakan dirimu..
aku pikir waktu akan bersahabat denganku..
dan akan membantuku melupakanmu,
namun teryata tidak, rasa ini masih ada..
dan mungkin akan selalu ada untukmu..
walau sakit aku mencoba untuk bertahan, 
hanya keyakinan yang suatu saat bisa membantuku untuk melupakan dirimu..
seutuhnya :"